Inovasi fermentasi keju dengan bakteri atau jamur di Indonesia terus berkembang pesat. Proses fermentasi merupakan salah satu langkah penting dalam pembuatan keju yang memberikan rasa dan aroma khas pada produk akhir. Berbagai jenis bakteri dan jamur dapat digunakan dalam proses fermentasi ini, yang akan memberikan karakteristik unik pada keju yang dihasilkan.
Menurut Dr. Andi Setiawan, seorang ahli mikrobiologi pangan dari Universitas Gadjah Mada, penggunaan bakteri atau jamur dalam fermentasi keju dapat mempengaruhi tekstur, rasa, dan aroma keju. “Bakteri laktat seperti Lactobacillus dan Streptococcus banyak digunakan dalam proses fermentasi keju untuk memberikan rasa asam yang diinginkan,” ujarnya.
Di Indonesia, inovasi dalam fermentasi keju semakin berkembang, terutama dengan memanfaatkan bakteri atau jamur lokal. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan keju dengan karakteristik yang unik dan sesuai dengan selera lokal. Menurut data dari Kementerian Pertanian, permintaan akan keju lokal semakin meningkat, sehingga inovasi dalam proses fermentasi menjadi sangat penting.
Salah satu produsen keju lokal, PT. Indomilk, juga turut berkontribusi dalam inovasi fermentasi keju di Indonesia. Mereka telah bekerja sama dengan para ahli mikrobiologi untuk mengembangkan strain bakteri dan jamur lokal yang dapat digunakan dalam proses fermentasi keju. “Kami terus melakukan riset dan pengembangan untuk menghasilkan keju lokal berkualitas tinggi dengan menggunakan bakteri dan jamur lokal,” ujar CEO PT. Indomilk.
Dengan adanya inovasi dalam fermentasi keju dengan bakteri atau jamur, diharapkan keju lokal Indonesia dapat bersaing dengan keju impor dan mendapatkan tempat di pasar domestik maupun internasional. Inovasi ini juga menjadi langkah penting dalam mendukung industri keju lokal untuk terus berkembang dan memperluas pasar. Dengan begitu, keju lokal Indonesia dapat semakin dikenal dan diapresiasi oleh masyarakat luas.