Tempe fermentasi dari bakteri memang sudah tidak asing lagi di lidah masyarakat Indonesia. Sejak dulu, tempe sudah menjadi makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Tapi tahukah kamu bagaimana sejarah dan proses pembuatannya?
Sejarah tempe sendiri sudah tercatat sejak zaman dahulu kala. Menurut penelitian, tempe pertama kali ditemukan di Pulau Jawa oleh nenek moyang kita. Proses fermentasi dari bakteri inilah yang membuat tempe memiliki tekstur dan rasa yang khas. Menurut Dr. Bambang Irawan, pakar pangan dari Universitas Gadjah Mada, “Fermentasi dari bakteri pada tempe menghasilkan asam laktat yang memberikan rasa segar dan lezat pada tempe.”
Proses pembuatan tempe sendiri tidaklah sulit. Pertama-tama, kedelai direndam dalam air selama beberapa jam agar kulit kedelai dapat dilepaskan. Kemudian kedelai dikukus hingga matang dan dicampur dengan ragi tempe yang mengandung bakteri Rhizopus oligosporus. Campuran ini kemudian didiamkan selama 1-2 hari hingga terfermentasi.
Menurut Prof. Dr. Ir. Siti Harnina Bintari, ahli pangan dari Institut Pertanian Bogor, “Proses fermentasi dari bakteri pada tempe membantu meningkatkan kandungan protein dan nutrisi pada kedelai.” Hal ini lah yang membuat tempe menjadi pilihan makanan sehat dan bergizi bagi masyarakat Indonesia.
Jadi, tidak heran jika tempe fermentasi dari bakteri telah menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia. Dengan sejarah panjang dan proses pembuatan yang sederhana, tempe tetap menjadi favorit banyak orang. Ayo, mulai konsumsi tempe secara teratur untuk menjaga kesehatan tubuh kita!